Senin, 04 November 2013

Posted by Dimas Hartono on 23.58


Hukum Alam elemen air. Memang banyak orang bilang hidup itu jalani saja seperti air yang mengalir, jalani saja seperti apa adanya. Pasrah-pasrah saja dengan nasib. Coba pikir brayyy ! pikir lagi ! renungin donkkk *maaf maksa, saya lagi galaoww*. Tau gak? Air itu selalu turun dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jatuh bisa masuk selokan, got kotor tanpa arah (baca : buntu), masuk sungai dan semacamnya. Jika air itu jadi banjir, maka akan merusak objek-objek tertentu. Begitulah air, tidak terkendali. Melaju sesuai dengan kondisi yang dilaluinya. Kecuali kamu punya jurus elemen air"AVATAR"

Hidup kita ini terlalu bernilai dan berharga daripada hanya dilalui dengan pasrah-pasrah aja. Kehidupan manusia itu seharusnya mantap dan terarah ! Disaat manusia tumbuh dewasa yang disertai dengan kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu pula ia akan berfikir tentang keberadaannya di dunia. Ia mulai berfikir mengenai pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mana jawabannya akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah tersebut belum terjawab, manusia seolah tersesat dalam kehidupannya. Karenanya hidup itu harus mantap dan terarah, tidak seperti air mengalir.
Selain itu, Posisi masa depan sangat tergantung kepada apa yang kita pikirkan saat ini. Kalau kita tidak memikirkan hal-hal kesuksesan dan kemajuan, maka jangan harap kehidupan nantinya akan menjadi lebih baik, apabila kita tidak memiliki harapan untuk sukses itu sendiri. Untuk maju, kita harus memulainya dari sekarang.

Kita fokuskan untuk hidup selalu maju dan lebih baik. Air akan sulit untuk naik ke dataran lebih tinggi, sementara dalam kehidupan kita selalu menemukan jalan turun, datar, dan naik. Maka ubahlah filosofi hidup mengalir bagai air menjadi hidup untuk mencapai yang lebih baik dengan membuka pikiran. Jika kita membiarkan air mengalir, bukankah sifat alamiah air mengalir ke tempat yang lebih rendah? Sekarang, jika kita membiarkan kehidupan kita mengalir begitu saja tanpa tujuan, bukankah kehidupan kita akan terbawa kekualitas yang lebih rendah?

Terkadang kita hidup terlalu ringan, ringan bagaikan air yang mengalir tak tentu arah. Bisa saja mengalir menuju selokan yang kotor, atau malah jadi air yang tergenang yang membawa bibit penyakit. Ini contoh dari kemalasan. Karena kemalasan tidak selalu berarti tidak bergerak. Memang kita bergerak, tapi kita tidak membuat rencana pergerakannya.

Filosofi hidup bagikan air mengalir itu tidak cocok bagi orang yang mau berubah maju. Jika menjalani hidup seperti air mengalir, berarti menyerah kepada keadaan. Hidup ini harus dikendalikan dan diarahkan untuk selalu ke arah lebih baik.

Maka dari itu, kita harus berpikir untuk hidup seperti air ledeng yang menuju pipa-pipa. Pipa-pipa itu kita tujukan untuk mengarah pada tempat-tempat yang baik. Menjadi air yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. Oke, saya gak mau menjelaskan lebih lanjut karena itu hal yang berbeda.:

Terima kasih Atas kunjungan- nya dan tetap Semangat !!!










































Chuva na selva

































































0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site