Senin, 21 April 2014

KTUT TANTRI: PEREMPUAN PEJUANG INDONESIA YANG BUKAN INDONESIA

Posted by Dimas Hartono on 20.20



K’tut Tantri merupakan penulis dari buku yang merupakan biografinya .
Pertama kali terbit 1960 dengan judul “Revolt in Paradise,” yang kemudian diterjemahkan dalam edisi Indonesia menjadi “Revolusi di Nusa Damai.” Sebuah otobiografi yang sudah diterjemahkan lebih dari 12 bahasa. Dalam penulisannya buku ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Melanglang Buana, Firdaus Yang Hilang, Berjuang Demi Kemerdekaan.
Perempuan bernama asli Muriel Pearson ini merupakan warga negara Amerika Serikat kelahiran Inggris, seorang seniman yang suatu siang di tahun 1932 menonton film, “Bali-The Last Paradise” di Hollywood. Begitu terkesannya, dia langsung jatuh cinta dengan Bali dan bertekad memulai hidup sebagai artis bohemian di sana.

Wanita ini telah menganggap bahwa Indonesia adalah tanah airnya. di bilang pejuang karena Ia rela berkorban ikut perang kemerdekaan di tahun 1945. di bilang Intelegent, karena banyak perannya ia sebagai spion untuk kemerdekaan Indonesia, bahkan dengan bantuannya ia bisa menyelundupkan senjata untuk membantu Tentara Indonesia.
Bagian pertama buku ini menceritakan kisah saat Ia menjual seluruh hartanya dan rela menempuh perjalanan ribuan mil dengan kapal, menuju Batavia.
Kisah perjalanan dia yang dimulai dengan mengendarai mengendarai mobil seorang diri menyusuri jalan di pulau Jawa yang gelap dan rawan dengan ‘begal’ atau perampokan. Beruntung ia bertemu dengan Pito, seorang anak kecil yang menjadi penunjuk jalannya menuju pulau dewata, Bali. Agaknya jalan kehidupannya sudah ditentukan oleh dewa-dewa Bali ketika bahan bakar mobilnya habis, dan berhenti di sebuah pura kerajaan di sana.

Diangkat jadi anak Raja Bali 
“Sekarang aku mempunyai seorang putra dan tiga orang putri. …Kau kami namakan K’tut, yang dalam bahasa Bali berarti anak keempat, Ktut Tantri, demikian gadis itu mengubah namanya setelah ia diangkat menjadi salah puteri raja tersebut.

Bagian kedua buku ini menceritakan jaman dimana Jepang berkuasa di Indonesia dan awal keterlibatan K’tut Tanri dalam gerakan bawah tanah, sampai akhirnya dia tertangkap dan dipenjarakan oleh Jepang. Diberi judul Firdaus yang Hilang karena menurut kesaksiannya apa yang indah dari bali pada waktu itu berangsur hilang, termasuk usaha hotelnya yang dirintis bersama beberapa orang Bali. …
“Siksaan bertubi-tubi dan kelaparan yang kualami mulai menampakkan akibatnya. Berhari-hari aku terkapar saja dalam selku, tanpa mampu menggerakkan lengan. Seorang dokter bangsa Jepang datang dua kali sehari untuk memberi obat dan membangkitkan semangat hidupku. Tetapi tubuhku semakin lemah.”
Bagian terakhir buku ini mengisahkan hari – hari yang bersejarah bagi negeri ini, segera setelah kekalahan Jepang , Tantri dirawat oleh laskar pejuang selama beberapa waktu sampai sembuh di Mojokerto, . mengharukan membaca bagaimana para pejuang waktu itu menawarkan bahwa mereka siap mengawalnya kalau dia berkeinginan ke luar dari wilayah Indonesia mengingat apa yang telah dia lakukan dalam gerakan bawah tanah di Jaman Jepang meskipun mereka sendiri juga berharap bahwa Tantri bersedia menggabungkan diri dengan perjuangan mereka.
Selanjutnya , sejarah mencatat Ktut Tantri banyak terlibat dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam revolusi kemerdekaan. pada tanggal 10 November 1945. Kita juga diberitahu bagaimana pertempuran ini ‘bergema” di penjuru dunia. Di udara ia dikenal sebagai ‘ Surabaya Sue ‘ yang menyiarkan diplomasi perjuangan Indonesia ke seluruh dunia melalui radio pemancar laskar pejuang pimpinan Bung Tomo .Bahkan ia juga menembus blokade laut Belanda menuju Singapura untuk membawa barang barang selundupan untuk dijual di sana guna membiayai revolusi kemerdekaan sebuah negara yang begitu dicintai.


Sejarah kita juga mencatat bahwa pengakuan awal terhadap nation Indonesia datang dari Pemerintah Mesir dan 7 negara Arab. Tapi sejarah kita tidak mencatat bahwa K’tut Tanri lah yang berjasa ‘menyelundupkan” Abdul Monem utusan Raja Farouk dari Singapura ke Yokya menembus blokade Belanda untuk menyerahkan surat pernyataan tersebut kepada Presiden Sukarno.


Mendukung Indonesia Merdeka


…Bung Karno mengangkat tangannya. Ketika rakyat sudah tenang, ia berkata, “Masih ada satu hal yang hendak kukatakan sebelum aku meninggalkan saudara-saudara. Saudara-saudara melihat seorang wanita kulit putih ada di atas panggung bersamaku malam ini. …Kuperkenalkan Saudara K’tut Tantri dari Bali. …Saudara K’tut ini warga Amerika kelahiran Inggris, tetapi ia lebih Indonesia daripada Inggris atau Amerika. Ia memihak kita. Ia telah berjuang sekuat tenaga untuk membantu kita berjuang demi kemerdekaan.”
Anda harus sadar bahwa anda hanya diperalat saja oleh orang – orang Indonesia itu. Begitu mereka sudah merdeka, Anda pasti akan mereka lupakan. …”
Kata – kata ini diucapkan oleh salah satu pengusaha Belanda yang mencoba membujuk supaya K’tut Tanri menghentikan kampanye Indonesia-nya di Australia sembari menawarkan 100.000 gulden … Setelah membaca buku ini perasaan saya kog agak nelangsa…!!!!, Sepertinya setelah bertahun-tahun kata-kata tersebut di atas menjadi kenyataan, banyak dari kita yang sepertinya tidak tahu siapa dan bagaimana peran K’tut Tantri dalam perjuangan kemerdekaan bangsa ini.!! Seingat saya-pun di pelajaran sejarah masa sekolah dulu nama ini sama sekali tidak pernah disebut.!!!

Pada akhirnya sejarah mencatat bahwa hari-hari berikutnya K’tut Tanri seperti yang belakangan dikatakan oleh Soekarno ‘lebih Indonesia dibanding Inggris atau Amerika”. Membaca apa yang dia lakukan kita seolah nyaris tidak percaya bahwa dia bukan orang Indonesia. Pada waktu itu lewat siaran radionya pihak Belanda bahkan menawarkan 50.000 gulden bagi yang bisa menyerahkan K’tut Tanri. Periode ini juga mencatat bagaimana peran dia dari hari-hari disekitar pertempuran heroik Surabaya sampai peran dia di pusat republik waktu itu Yokya, dan persahabatan erat dia dengan bebeberapa pemimpin waktu itu. Buku ini bukan sebuah otobiografi dari perempuan super karena dalam beberapa kesempatan K’tut sendiri menuliskan ketakutannya ketika harus melakukan beberapa aksi intelejen, ataupun ketika menerobos blokade Belanda dengan berlayar dari Tegal ke Singapura sampai gerakan yang dia lakukan di Australia.
+ + + + + + +

Menurut saya buku ini cukup berharga sebagai sebuah dokumentasi sejarah, banyak hal yang tidak kita temui di dalam versi sejarah resmi kita. Lewat buku ini kita bisa merenung bahwa diatas sekat-sekat “nasionalisme” ternyata ada nasionalisme yang lebih tinggi yaitu humanisme. Kisah K’tut Tantri menunjukkan bahwa kemerdekaan bangsa ini dahulu diperjuangkan dan didukung oleh banyak orang , . yang melihat kemanusiaan melebihi dari yang lain, kemanusiaan yang bisa melampaui dinding etnis, keyakinan ataupun budaya bahkan kebangsaan. Ditengah situasi polarisasi dan pengkotakan pada saat ini, kisah K’Tut Tantri bisa membuat kita kembali merenung tentang bagaimana bangsa ini dulu dibangun dan dipertahankan. K’tut Tantri meninggal pada 27 Juli 1997 di Sidney, Australia dengan perasaan cinta kepada Indonesia tidak pernah luntur. Peti matinya dihiasi bendera Indonesia dengan aksen Bali kuning dan putih. Seperti permintaanya, jasadnya diperabukan. Abu jenazahnya disebarkan di Pantai Bali. Sementara harta peninggalannya disumbangkan ke anak-anak Bali yang kurang mampu.
Dari cerita diatas, kita melihat betapa aspek kemanusian telah menembus lintas agama, budaya dan bangsa tanpa harus adanya prasangka. Namun Ternyata Humanisme telah tergerus..menjadi prasangka curiga, yang mencapur adukan suku, ras, agama, sosial, yah semuanya….sehingga menjadikan bangsa ini tak berkarakter…dan munculah sebuah keapatisan terhadap negara yang berujung larut dalam prasangka humanisme karena emosi…..Korupsi, penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, Anarkis dll, merupakan tindakan yang diatur dan dilarang dalam hukum setiap agama, budaya dan adat dan Hukum Negara di Negeri Indonesia , Namun itu semua akan menjadi dongeng untung anak cucuk kita…..Bila bangsa ini tak bisa memahami sisi humanisme. humanisme dan idealisme kalo berbenturan ama materialisme jadinya kalah. Atau memang manusia skrg harus tanpa hati??
Kita seharusnya jangan membiarkan sisi humanisme sebagai pencipta seni tergerus dengan emosi. Kalau ini dibiarkan berlarut larut akan mempengaruhi daya cipta kita. Tumpul, kering dan menjadi tidak peduli. Sehingga kita akan menjadi apatis seperti yang dialami Ktut Tantri, ketika paradise itu telah berubah menjadi ladang pembantaian, kakak ‘ angkatnya ‘ di puri kerajaan yang dibunuh bangsanya sendiri, tentara tentara yang mencuri uang hasil penjualan gula republik, sampai konspirasi untuk menjual bangsanya. Hampir saja dia tidak percaya lagi dengan sisi humanisme seorang manusia, sampai ketika ia tiba kembali di pelabuhan Boston, setelah hampir 20 tahun meninggalkan Amerika. Dalam malam Natal yang dingin dan sepi itu, ia hampir menangis karena tidak memiliki uang sepeserpun untuk kembali ke rumah orangtuanya. Dan tiba tiba saja ada seorang pemuda Indonesia keturunan tionghoa yang hendak belajar di Amerika, datang memberikan uang secukupnya. Dan ternyata humanisme itu masih ada. Mudah mudahan kitapun masih percaya. Semoga saja !

Dirangkum Dari Berbagai Sumber (r.tri prayudhi)

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site